Untuk kamu yang tiba-tiba datang. membuat hati yang masih berlubang ini perlahan menyatu kembali. belum genap hariku ini padam bagaikan lengkungan tanah yang gelap, seketika kau datang membawa senyum dan mengisi kekosongan itu.
Iya, benar, kita baru saja berkenalan. dan bukan diriku nampaknya yang sangat mudah akrab dan terlena oleh obrolan dari orang yang tidak kukenal sama sekali. namun pembawaanmu yang riang dan menyenangkan menyinggung perhatianku. seolah olah kita pernah bertemu di waktu lalu.
kukira ini hanya pelarian, tapi bukan. tidak selicik itu hatiku berbicara. lalu apa yang kurasakan ini?
Aku bukannya tidak mengerti. hanya saja aku sudah benar-benar paham apa yang akan terjadi. ingin-ku belum tentu ingin-NYA.
Disaat perbedaan 'itu' menjadi jurang pemisah yang tidak akan pernah ada jembatannya.
Apa gunanya memaksakan, jika perbedaan sudah menyambut sedari awal.
Bukan tak ingin berusaha atas nama 'cinta'
Tapi logika berperan agar tak menyesal
Masih inginkah aku menyangkal?
tapi dosakah disaat aku berharap ia memikirkan hal ini juga? mengisi
yang ada di kepalanya dengan sedikit cerita tentang-ku dan 'perbedaan'
kita?
Mungkinkah terlalu naif jika aku berharap 'kita' punya rasa yang sama?
Adilkah jika aku harus merasakan lagi pahitnya kekecewaan?
Mengapa terbuai dengan indahnya 'sementara' jika tau akhirnya tak sama?
Untuk Engkau yang Maha Tau. aku rela, aku terima setiap apapun yang kelak akan menjadi bagian dalam cerita hidupku.
Untuk Kamu, bisakah kita sadar bahwa semua yang sudah terlanjur terbagi kita simpan pada tempat yang semestinya?
February.
Ketika Matahari berselimut Senyum-mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar